Dalam pandangan para mutakallimin, seringkali perbincangan tentang manusia
hampir selalu berujung pada tema-tema relasi teologis, seperti hubungan antara
makhluk dengan Kholik. Tema-tema seperti itu, meskipun berat untuk dipikirkan,
selalu menarik untuk di bicarakan paling tidak karena dua alasan. karena
manusia pada dasarnya merupakan makhluk religius, makhluk yang memiliki
kesadaran keberagamaan yang pada tingkat tertentu dapat menjadi spirit yang
sangat dominan.
Munculnya kekuatan religi ini pada manusia sekaligus mencerminkan adanya
batas-batas kehendak manusia, yang karena ketidakberdayaannya ia menjadi
makhluk yang sangat fatalistic, dan hanya bergerak pada ketergantungan
spiritual yang hampir tidak mengenal batas. Dalam sejarah peradaban umat
manusia, watak teologis seperti ini pernah dituduh sebagai sumber utama
ketertinggalan dan keterbelakangan.
Selanjutnya, manusia juga pada saat yang sama merupakan makhluk rasional,
makhluk yang berdasarkan fitrah penciptaannya dipandang memiliki kelebihan
eksklusif. Fasilitas akal yang sengaja dianugerahkan Tuhan kepada manusia telah
membentuk dirinya sebagai makhluk yang bebas dan merdeka.
Pola-pola berpikir teologis di atas, tanpa disadari kini telah melengkapi
khazanah pemikiran Islam yang sangat progresif. Bahkan lebih dari itu,
kehadiran produk berpikir tersebut, telah pula membentuk “semacam” madhab
teologi yang secara dikotomik terbelah pada kekuatan Qodariah dan Jabariah.
Seperti apa yang telah diterangkan pada posisi atau kondisi kejadian Qodariah,
kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak manusia. Pada posisi atau kondisi
kejadian Jabariah, kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak kompleks yaitu
kehendak alam lingkungan yang unsurnya komplek, dimana manusia juga menjadi
salah satu unsurnya.
0 komentar " MAKALAH SEKTE ISLAM "JABARIYAH" ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar