Bahasa Arab merupakan salah satu
rumpun besar bahasa Semit. Yang pertama memberi nama ini adalah seorang
orientalis bernama Schlozer yang mengambil dari tabel pembagian bangsa-bangsa
di dunia yang terdapat di dalam Perjanjian Lama. Tabel ini menggambarkan bahwa
setelah terjadinya banjir nabi Nuh semua bangsa di dunia berasal dari tiga
orang putera nabi Nuh yaitu Syam, Ham, dan Yafis.
Nama
ini singkat dan cocok untuk sebuah istilah, akan tetapi ilmu pengetahuan modern
memahami secara berbeda dengan apa yang difahami oleh tabel pembagian bangsa
dalam Perjanjian Lama karena Perjanian Lama mendasarkan pembagian bangsa-bangsa
itu pada pertimbangan politik dan batas geografis semata. Oleh karena itu,
Perjanjian Lama menganggap bangsa Ilami dan Ludi termasuk keturunan Sam karena
mereka berada di bawah kekuasaan negara Asyuria. Meskipun di antara kedua
bangsa ini sama sekali tidak ada hubungan keluarga. Begitu juga di antara kedua
bangsa tersebut dengan bangsa Asyuria tidak terdapat hubungan kekerabatan sama
sekali. Tabel Perjanjian Lama juga menganggap bangsa Finisia sebagai keturunan
Ham karena adanya hubungan politik dengan bangsa Mesir meskipun mereka lebih
dekat hubungan kekerabatannya dengan bangsa Ibrani.
Secara
umum bahasa-bahasa Semit terbagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan timur dan
kawasan barat. Bahasa Semit bagian barat terbagi menjadi bahasa Semit Barat Laut
dan bahasa Semit Barat Daya. Bahasa Semit kawasan Timur yaitu: bahasa Akkadia;
memiliki dua rumpun yaitu bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria. Keberadaan
bahasa ini diketahui melalui berbagai ukiran yang ditulis dengan huruf paku
pada artefak. Ukiran paling penting tentang bahasa Akkadia ini adalah ukiran
yang melukiskan hukum Hamurabi yang merupakan hukum paling tua di dunia.
Wilayah
bahasa Akkadia terletak di antara sungai Tigris
dan sungai Euprat. Bahasa Akkadia merupakan nama yang diberikan oleh bangsa
Babilonia yang menetap di kawasan selatan sungai Tigris
dan Eufrat untuk menyebut bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria. Sedangkan para
ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek Babilonia dan
Asyuria. Kata “Akkad” merupakan nama sebuah kota yang dibangun raja Babilonia
di bagian utara negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu kota negara, dan
ini merupakan negara Semit pertama yang terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat.
Bahasa-bahasa
ini telah lama punah dan yang tersisa kini tinggal ukiran-ukiran yang
menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan
dalam peradaban. Memang kita mengetahui sejarah tentang Babilonia dan Asyuria
melalui Perjanjian Lama namun kita tidak memiliki naskah tentang bahasa kedua
kerajaan besar ini. Orang yang pertama kali melakuan penggalian arkeologis
terhadap kawasan antara sungai Tigris dan sungai Euprat ini adalah Botta,
konsul Perancis di Mosul pada tahun 1842 M yang telah melalukan penggalian di
desa Kharasbat dekat Mosul. Dalam penggalian itu dia menemukan bagian dari
istana Sarjun II salah seorang raja Asyuria pada abad ke 8 SM. Penemuan itu
terjadi pada bulan Maret 1843 M.
Lalu
dilakukan penggalian lagi oleh sejumlah arkeolog dari Perancis, Inggris dan
Amerika yaitu Parot, Layard, dan Mallown. Mereka menemukan sejumlah besar
ukiran pada artefak.
Sedangkan
bahasa Semit kawasan barat laut terbagi dua yaitu bahasa Kan`ania dan Aramia. Bahasa Kan’ania sendiri
terbagi menjadi Kan’ania Utara dan Kan’ania Selatan. Dan Kan’ania Utara tak
lain merupakan bahasa Ogaretia yaitu dialek Kan’ania Kuno yang dipakai sebagai
alat komunikasi di Ogaret, sebuah kota
yang dulu terletak dua belas kilometer di utara Ladzikia pantai Suria. Bahasa Ogaret
ni ditemukan pada tahun 1929 M secara kebetulan oleh seorang petani yang
mencangkul tanahnya secara tiba-tiba menemukan gundukan batu-batu besar dan
ketika batu itu diangkat ternyata ada pintu masuk ke dalam tanah dan di
dalamnya dia menemukan sebuah pemakaman,
keramik, dan vas bunga yang masih asli. Lalu hal ini disampaikan kepada Pusat
Arkeologi Perancis di Beirut. Kemudian mereka mengirimkan tim arkeolog untuk
melakukan penggalian dan penelitian di kawasan tersebut. Mereka memastikan
bahwa benda-benda arkeologis tersebut bukan satu-satunya di kawasan itu tetapi
merupakan bagian kecil dari sebuah pemakaman besar. Mereka yakin, jika terdapat
sebuah pemakaman sangat mungkin ada pemakaman lain.
Di
dekat kawasan tersebut terdapat bukit yang tingginya kira-kira 1 km di mana
masyarakat sekitarnya dulu pernah menemukan benda-benda arkeologis seperrti
piring, sabit, dan lain-lain seingga timbullah anggapan bahwa di situ dahulu
merupakan sebuah kota
besar. Maka dilakukanlah penggalian pada bukit tersebut pada tahun 1929 dan di
situ ditemukan sejumlah pemakaman dan sebuah kota kuno Ogaret yang telah
berumur ribuan tahun, yang pada masanya telah mengalami kemajuan di bidang
peradaban. Di situ ditemukan ratusan ukiran yang dapat dibaca dengan mudah oleh
para ilmuan karena mempunyai kemiripan dengan bahasa Akkadia yakni sama-sama ditulis dengan huruf paku.
Sedangkan
bahasa Kan’ania selatan meliputi bahasa Ibrani. Naskah yang ditulis dengan
bahasa ini adalah Perjanjian Lama yang meliputi 5 surat tentang nabi Musa,
kitab-kitab para nabi, seruling nabi Daud, pribahasa nabi Sulaiman, dan
lain-lain.
Naskah
paling tua dalam bahasa Ibrani adalah puisi dabura yang disusun pada masa 2000
tahun Sebelum Masehi. Pada masa itu juga terdapat ukiran berupa papan monumen
yang terdapat di pintu masuk terowongan Salwan dekat Yerussalem. Papan monumen
ini berisi cerita yang berbicara tentang selesainya penggalian/pembuatan terowongan
tersebut pada abad ketujuh SM.
Penahanan
bangsa Babilonia terhadap bangsa Ibrani
dan penghancuran Yerussalem yang dilakukan oleh Bukhtamassor pada tahun 586
sebelum masehi merupakan pengalaman pahit bagi perkembangan bahasa Ibrani.
Orang Yahudi yang diasingkan ke Babilonia tidak meninggalkan bahasa mereka
tetapi justru dalam keadaan kehidupan beragama yang tertekan, mereka semakin
bersemangant menggunakan bahasa Ibrani daripada sebelumnya. Oleh karena itu
pada masa-masa ini berhasil disusun sastra Ibrani terkenal yaitu Ru`ya Isy’iya
(mimpi Isy iya). Ketika orang-orang Ibrani kembali dari pengasingannya di
Babilonia pada tahun 538 SM, mereka mendapatkan bahasa Ibrani masih dipakai di
Palestina. Maka bahasa Ibrani menjadi bahasa komunikasi dalam waktu yang cukup
lama. Namun pada abad keempat Masehi dan sesudahnya bahasa Ibrani mengalami
gangguan dan kerusakan karena banyaknya priaYahudi yang menikah dengan wanita
Yahudi yang tidak bisa bahasa Ibrani. Faktor lain adalah pengaruh bahasa Aramia
terhadap para penutur bahasa Ibrani yang membuat perkembangannya semakin
terpuruk sehingga para tokoh agama di masa itu terpaksa menerjemahkan doa-doa
yang terdapat dalam Perjanjian Lama ke dalam bahasa Aramia, dan terjemahan ini
dalam waktu yang cukup lama dicantumkan bersandingan dengan teks asli doa
berbahasa Ibrani yang kemudian mereka sebut dengan tarjum.
Ketika
terjadi imigrasi orang-orang Yahudi secara besar-besaran ke kawasan barat
dunia, perkembangan bahasa Ibrani semakin mengenaskan karena mayoritas orang Yahudi yang
konserfatif terhadap bahasa Ibrani tidak
mampu mempertahankan bahasa mereka di tengah-tengah masyarakat yang berbahasa
Yunani. Sedangkan mereka yang menetap di Palestina juga tidak berdaya
mempertahankan bahasa mereka karena sebagian besar masyarakat telah menggunakan
bahasa Aramia sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.
Setelah
itu, selama beabad-abad bahasa Ibrani hanya menjadi bahasa agama dan sastra.
Sampai akhirnya bahasa Ibrani tidak dipergunakan sama sekali sebagai bahasa
komunikasi sehari-hari di kawasan Palestina dalam waktu yang lama. Karya sastra
yang berjudul “Ibn Siroh” yang ditulis pada tahun 200 SM, ditulis dengan bahasa
Ibrani yang sangat baik. Sedangkan buku-buku yang lain yang seperiode dengan
karya sastra ini ditulis dengan bahasa Ibrani pula, namun telah banyak
dipengaruhi oleh bahasa Aramia seperti buku “Ester”, “Al-Jami’ah”, dan beberapa
“Seruling Daud”.
Pengaruh
bahasa Aramia terhadap bahasa Ibrani semakin lama semakin kuat sehingga
buku-buku hukum dan peribadatan pada awal abad pertama masehi di Babilonia dan
Palestina ditulis dengan bahasa Ibrani yang kosa katanya diserap dari bahasa
Aramia.
Runtuhnya
kerajaan Yahudi, hancurnya Yerussalem, dan pembakaran Sinagok pada tahun 70 M
yang dilakukan oleh Romawi merupakan peristiwa terbesar yang mempengaruhi
sejarah agama Yahudi dan bahasa Ibrani. Terpencarnya mereka ke berbagai belahan
dunia membuat mereka terpengaruh terhadap bahasa negara tempat mereka tinggal dan pengaruh
terbesar terhadap bahasa Ibrani berasal dari bahasa Arab, yaitu setelah
penaklukan kota
Mekah, di mana orang-orang Yahudi menyusun gramatika bahasa Ibrani sesuai
dengan gramatika bahasa Arab. Begitu pula para penyair Yahudi menyusun
puisi-puisi Ibrani sesuai dengan pola-pola puisi Arab. Pada masa ini bahasa
Ibrani disebut bahasa “Ibrani Antara” yakni bukan bahasa Ibrani modern yang
banyak terpengaruh dengan bahasa Eropa dan lainnya, baik dalam kosa kata maupun
pola kalimat.
Selain
bahasa Ibrani, yang termasuk bahasa Kan’ania
Selatan adalah bahasa bukit al-Imaranah yang ditemukan melalui surat bukit
al-Imaranah, yaitu pada masa 1425-1350 SM. Surat-surat tersebut dikirim oleh
raja-raja Suriah dan raja-raja Palestina kepada raja Fir’aun di Mesir. Surat itu menggunakan
bahsa Asyuria dan diberi catatan kaki dengan bahasa Kan’ania.
Termasuk
bahasa Kan’ania Selatan adalah bahasa Mu’abia yang ditemukan melalui ukiran Misya’,
raja Muabi. Ukiran ini berupa tugu yang ditemukan di kawasan Digan, bekas
kerajaan Muabi Kuno. Ukiran ini menggambarkan peperangan yang terjadi antara
raja Misya dengan Raja Umri dari Israel. Ukiran ini diperkirakan
dibuat pada tahun 842 SM dan sekarang disimpan di Museum Lover Paris.
Termasuk
bahasa Kan’ania Selatan adalah bahasa Finisia yang juga ditemukan melalui
berbagai ukiran yang antara lain ukiran Raja Biglus (Jubail Saudi Arabia)
seperti ukiran Syafath Ba’l abad ke 13 SM, ukiran Akhiram tahun 1100 SM, dan
ukiran Akhimlak tahun 1000 SM. Ukiran terpenting yang ditemukan dalam bahsa
Finisia adalah ukiran Raja Kilamu tahun 900 SM yang ditemukan di bukit Zanjirli
di Suria dan kini disimpan di Museum Berlin.
Bangsa
Finisia telah menyebarkan bahasa mereka melalui penjajahan yang mereka lakukan
di negara-negara tepi Laut Tengah. Namun mereka tidak berhasil kecuali di
Afrika Utara yang kemudian disebut dengan bahsa Bunia
Adapun
bagian kedua dari bahasa Semit Barat Laut adalah bahasa Aramia yang di antara bukti
yang telah berhasil ditemukan adalah ukiran kuno bukit Halaf di pinggir sungai
Khabur pada tahun 900-850 SM. Ukiran Raja Banammu I 800-750 SM, ukiran Raja Banammu II tahun 750-700
SM. Kemudia perkembangan berikutnya menyusul di mana raja Daryuis I dari Persia
tahun 521-485 SM menggunakan bahasa Aramia untuk menulis Antologi tentang
Persia. Oleh karena itu pada masa ini bahasa Aramia disebut “Aramia Negara”
sebagaimana ditemukan pada ukiran Bihastun yang ditemukan di Iran pada paruh
pertama abad 19.
Termasuk
yang ditulis dengan bahasa Aramia Negara adalah beberapa bagian dalam Perjajian
Lama yakni pasal Danial, pasal Azra, dan pasal Irmia.
Orang-orang
Samiri juga berbicara dengan bahasa Aramia. Mereka adalah sekelompok orang
Yahudi yang hanya percaya pada Taurat (Perjanjian Lama) saja.
Yang
juga ditulis dengan bahasa Aramiaadalah ukiran Nabatia, ukiran Tadammuria, dan
ukiran-ukiran di gurun Sinai yang dibuat pada abad IV SM sampai abad ke I SM.
Yang
termasuk rumpun bahasa Aramia adalah bahasa Minda'ia yang merupakan dialek
kelompok kristen yang masih hidup hingga kini di Irak Tenggara. Bahasa ini
merupakan bahasa Aramiamurni yang kosa kata dan strukturnya sama sekali berbeda
dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa Semit yang lain.
Bahasa
Aramiayang terpenting adalah bahasa Suryania. Bangsa Aramiamenamakan diri
mereka sebagai bangsa Suryan. Setelah terjadinya imigrasi bangsa Arab ke
kawasan sekitarnya dalam rangka penyebaran Islam, bahasa Aramia pun mengalami kemunduran
bahkan akhirnya menjadi punah di kawasan yang tadinya menggunaklan bahasa Aramia,
kecuali di beberapa wilayah pegunungan terpencil seperti desa al-Makhlulah
dekat Damaskus dan desa Tuur Abidin di Irak dan kawasa lain yang masih
menggunakan bahasa Aramia modern yang telah bercampur aduk dengan
ungkapan-ungkapan Arab, Turki, Kurdi dan lainnya.
Kini
gilirannya untuk berbicara tentang kawasan barat daya bahasa-bahasa Semit. Di
kawasan ini terdapat dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Etiopia.
Bahasa
Etiopia merupakan bahasa bangsa Semit yang berpindah dari wilayah tenggara
menuju negeri seberang, Etiopia. Di sanalah mereka membaur dengan suku Haam
kuno.
Tidak
ada data sejarah yang dapat memastikan
kapan bangsa Semit ini berpindah ke Etiopia, namun para ahli
memperkirakan, imigrasi mereka terjadi dalam waktu lama sebelum masehi.yang
ketika itu bahasa mereka disebut bahasa Ja’zia dan naskah tentang bahasa ini
yang telah berhasil ditemukan bertahun 350 M.
Bahasa
Ja’zia tidak berumur panjang karena pada abad ke 12 M terjadi kemelut politik
di kalangan bangsa Ja’zi yang mengakibatkan bahasa persatuan mereka menjadi
bahasa-bahasa daerah. Dan bahasa daerah yang paling menonjol adalah bahasa
Amharia yaitu bahasa daerah yang sangat kental diwarnai oleh bahasa Hamia. Hal
ini terlihat dalam struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Semit.
Sedangkan
bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara.
Bahasa Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah
Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa
Ma’inia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada
abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M.
Sedangkan
bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut.
Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang
akan datang tetap dipakai karena Al-Qur`an turun dan menggunakan bahasa ini. Bahasa
ini mengalami penyebaran yang demikian luas bukan hanya di kalangan bangsa Arab
saja tetapi juga di kalangan kaum muslimin di seluruh dunia.
Di
samping bahasa Arab Fushah di kawasa dunia Arab terdapat pula bahasa–bahasa
dialek yang juga menarik untuk dikaji.
0 komentar " SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA ARAB ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar