Pendahuluan
Kemunculan ilmu ekonomi Islam pada tiga dasawarsa
belakangan ini, telah mengarahkan perhatian para ilmuan modern kepada
pemikiran ekonomi Islam klasik. Selama ini, buku-buku tentang sejarah
ekonomi yang ditulis para sejarawan ekonomi atau ahli ekonomi, sama sekali
tidak memberikan perhatian kepada pemikiran ekonomi Islam.
Apresiasi para sejarawan dan ahli ekonomi terhadap
kemajuan kajian ekonomi Islam sangat kurang dan bahkan terkesan mengabaikan dan
menutupi jasa-jasa intelektual para ilmuwan muslim. Buku Perkembangan
Pemikiran Ekonomi[1] tulisan
Deliarnov misalnya, sama sekali tidak memasukkan pemikiran para ekonom muslim
di abad pertengahan, padahal sangat banyak ilmuwan muslim klasik yang memiliki
pemikiran ekonomi yang amat maju melampaui ilmuwan-ilmuwan Barat dan jauh
mendahului pemikiran ekonomi Barat tersebut. Demikian pula buku sejarah Ekonomi
tulisan Schumpeter History of Economics Analysis . Satu-satunya ilmuwan
muslim yang disebutnya secara sepintas hanyalah Ibn Khaldun di dalam
konpendium dari Schumpeter.[2]
Buku Sejarah Pemikiran Ekonomi (terjemahan),
tulisan penulis Belanda Zimmerman, juga tidak memasukkan pemikiran ekonomi para
pemikir ekonomi Islam. Dengan demikian sangat tepat jika dikatakan bahwa
buku-buku sejarah pemikiran ekonomi (konvensional) yang banyak ditulis
itu sesungguhnya adalah sejarah ekonomi Eropa, karena hanya menjelaskan
tentang pemikiran ekonomi para ilmuwan Eropa.
Padahal sejarah membuktikan bahwa Ilmuwan muslim
adalah ilmuwan yang sangat banyak menulis masalah ekonomi. Mereka tidak saja
menulis dan mengkaji ekonomi secara normatif dalam kitab fikih,
tetapi juga secara empiris dan ilmiah dengan metodologi yang sistimatis menganalisa
masalah-masalah ekonomi. Salah satu intelektual muslim yang paling terkemuka
dan paling banyak pemikirannya tentang ekonomi adalah Ibnu Khaldun.
(1332-1406). Ibnu Khaldun adalah ilmuwan muslim yang memiliki banyak pemikiran
dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, politik dan kebudayaan. Salah satu
pemikiran Ibnu Khaldun yang sangat menonjol dan amat penting untuk dibahas
adalah pemikirannya tentang ekonomi. Pentingnya pembahasan pemikiran Ibnu
Khaldun tentang ekonomi karena pemikirannya memiliki signifikansi yang besar
bagi pengembangan ekonomi Islam ke depan. Selain itu, tulisan ini juga ingin
menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun adalah Bapak dan ahli ekonomi yang mendahului
Adam Smith, Ricardo dan para ekonom Eropa lainnya.
Ibnu Khaldun : Bapak Ilmu Ekonomi
Ibnu Khaldun adalah raksasa intelektual paling
terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi juga Bapak ilmu
Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith
dan Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad mendahului para pemikir
Barat modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad telah menulis sebuah
karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu Khaldun. Artinya Bapak
Ekonomi : Ibnu Khaldun.[3] Dalam
tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas
pertama ilmu ekonomi secara empiris. Tulisan ini menurut Zainab Al-Khudairi,
disampaikannya pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia
Barat masih bersifat normatif, adakalanya dikaji dari perspektif hukum,
moral dan adapula dari perspektif filsafat. Karya-karya tentang ekonomi
oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic bercorak
tidak ilmiah, karena pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian
ekonomi dalam kajian moral dan hukum.
Sedangkan Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi
masyarakat dan negara secara empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara
aktual. Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy, menuliskan poin-poin penting dari
materi kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi.
Ibnu Khaldun has a wide range of discussions on
economics including the subject value, division of labour, the price system,
the law of supply and demand, consumption and production, money, capital
formation, population growth, macroeconomics of taxation and public expenditure,
trade cycles, agricultural, industry and trade, property and prosperity,
etc. He discussses the various stages through which societies pass
in economics progress. We also get the basic idea embodied in the
backward-sloping supply curve of labour[4].
(Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang
luas, termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum
penawaran dan permintaan, konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal,
pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur
perdagangan, pertanian, indusrtri dan perdagangan, hak milik dan kemakmuran,
dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat
dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma
dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur).
Sejalan dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya
Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist”, menuturkan :
Ibnu Khaldun discovered a great
number of fundamental economic notions a few centuries before their
official births. He discovered the virtue and the necessity of a
division of labour before Smith and the principle of labour value before
Ricardo. He elaborated a theory of population before Malthus and
insisted on the role of the state in the economy before Keyneys.
But much more than that, Ibnu Khaldun used these concepts to build a coherent dinamics
system in which the economic mechanism inexorably led economic activity to long
term fluctuation…..[5]
(Ibn Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide
dan pemikiran ekonomi fundamental, beberapa abad sebelum kelahiran ”resminya”
(di Eropa). Ia menemukan keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja
sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia
telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak
akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari
itu, Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun
suatu sistem dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi telah
mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang…)”[6]
Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam
pemikiran ekonomi, maka Boulakia mengatakan, “Sangat bisa dipertanggung
jawabkan jika kita menyebut Ibnu Khaldun sebagai salah seorang Bapak ilmu
ekonomi.”[7] Shiddiqi
juga menyimpulkan bahwa Ibn Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli
ekonomi Islam terbesar (Ibnu Khaldun has rightly been hailed as
the greatest economist of Islam)[8]
Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika
banyak ilmuwan terkemuka kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu
Khaldun, khususnya dalam bidang ekonomi. Doktor Ezzat menulis
disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul Production, Distribution and
Exchange in Khaldun’s Writing[9] dan
Nasha’t menulis “al-Fikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn Khaldun (Economic
Though in the Prolegomena of Ibn Khaldun). [10] . Selain
itu kita memiliki sumbangan-sumbangan kajian yang berlimpah tentang Ibnu
Khaldun. Ini menunjukkan kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai
intelektual terkemuka yang telah merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan
tentang ekonomi. Rosenthal misalnya telah menulis karya Ibn
Khaldun the Muqaddimah : An Introduction to History,,[11] Spengler
menulis buku Economic Thought of Islam: Ibn Khaldun ,[12] Boulakia
menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist,[13]Ahmad Ali
menulis Economics of Ibn Khaldun-A Selection,[14] Ibn al
Sabil menulis Islami ishtirakiyat fi’l Islam,[15] Abdul Qadir
Ibn Khaldun ke ma’ashi khayalat”, (Economic Views of Ibn Khaldun)[16] Rifa’at
menulis Ma’ashiyat par Ibn Khaldun ke Khalayat” (Ibn
Khaldun’s Views on Economics)[17] Somogyi
menulis buku Economic Theory in the Classical Arabic Literature[18] Tahawi al-iqtisad
al-islami madhhaban wa nizaman wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a School
of Thought and a System, a Comparative Study),[19] T.B. Irving
menulis Ibn Khaldun on Agriculture”,[20] Abdul
Sattar menulis buku Ibn Khaldun’s Contribution to Economic Thought”
in: Contemporary Aspects of Economic and Social Thingking in Islam.[21]
Spengler[22]
membandingkan dan mempertentangan teori Ibnu Khaldun tentang daur peradaban
dengan teori Hick mengenai daur perdagangan. Abdul Sattar mengatakan bahwa
teori perkembangan ekonomi lewat tahapan-tahapan berasal dari Ibn Khaldun.[23] Kita
mendapatkan perdagangan ekonomi makro “bahwa pada tiap kota terdapat
keseimbangan antara pendapatan (income) dan pengeluaran (expenditure)
….. dan bila keduanya (pendapatan dan pengeluaran) bertambah besar,
berarti kota itu berkembang”. Shiddiqy mencatat, Ibnu Khaldun juga membahas
pentingnya sisi permintaan (demand), terutama pengeluaran negara dalam
mengatasi kelesuan bisnis dan mempertahankan perkembangan ekonomi.[24] T.B. Irving
juga mencatat, bahwa menurut Ibn Khaldun, “pajak” mempunyai segi pengembali
mengecil, dan menyuntikkan keuangan adalah perlu untuk menjaga agar dunia usaha
berjalan lancar”.[25]
0 komentar " ARTIKEL : PEMIKIRAN TENTANG EKONOMI IBNU KHALDUN ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar