A.
Teori Sosial Klasik
1. Herbert Spencer (1820-1903)
|
||
Evolusi
|
:
|
Proses perubahan secara bertahap yang dihasilkan oleh
tindakan individu-individu.
|
Tahap penggandaan
|
:
|
Tahap pertumbuhan maupun pertambahan setiap makhluk
individu serta lingkungan sosial secara keseluruhan.
|
Tahap kompleksifikasi
|
:
|
Perubahan secara kompleks dari struktur organisme sosial
suatu masyarakat.
|
Tahap
differensiasi
|
:
|
Tahap pembagian dan pembedaan kerja, tugas maupun fungsi
sosial individu atau kelompok sebagai akibat dari perubahan sosial.
|
Tahap integrasi
|
:
|
Tahap penyatuan lapisan-lapisan sosial secara alami dalam
proses evolusi sosial. Tahapan ini dapat terjadi melalui dua bentuk, yakni
intergrasi secara fisik maupun secara moral.
|
Equilibrium
|
:
|
Suatu keadaan pencapaian taraf keseimbangan sosial
tertentu.
|
Masyarakat militeristis
|
:
|
Tipe masyarakat yang lebih suka merampas daripada bekerja
secara produkstif dalam memenuhi kebutuhan hidup.
|
Masyarakat industrialis
|
:
|
Tipe masyarakat yang sudah mengalami kemajuan dalam
bekerja secara produktif dengan mengutamakan differensiasi kerja dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
|
2. August Comte (1798-1857)
|
||
Positivisme
|
:
|
Ajaran bahwa hanya fakta atau hal yang dapat ditinjau dan diuji
(a positif fact, hal yang bersifat empirik), melandasi pengetahuan
yang sah. Sebagai paham filsafat, positivisme cenderung untuk membatasi
pengetahuan benar manusia kepada hal-hal yang dapat diperoleh dengan memakai
metode ilmu pengetahuan (science).
|
Tahap agama (teologis)
|
:
|
Tahap awal perkembangan akal budi manusia, dimana memakai
gagasan-gagasan keagamaan dalam menjelaskan semua gejala dan kejadian.
|
Tahap
Metafisika
(metaphisic)
|
:
|
Tahap perkembangan akal budi, mencari pengertian dan
penerangan dengan membuat abstraksi-abstraksi dan konsep-konsep metafisik
dalam menerangkan sesuatu. Pada tahapan ini akal budi masih belum mampu
menghasilkan suatu pengetahuan yang baru.
|
Tahap
positivistik
|
:
|
Tahapan dimana gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan
hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan secara empiris. Pada
tahap ini sudah mampu menghasilkan pengetahuan yang instrumental. Penguasaan
intelektualitas agama, mulai tergantikan oleh ilmu pengetahuan empiris.
|
Statika sosial
(social statics)
|
:
|
Semua unsur struktural yang melandasi dan menunjang orde,
ketertiban, dan kestabilan masyarakat. Statika sosial disepakai oleh anggota
dan menjadi suatu volonte general (kemauan umum)
|
Dinamika sosial
|
:
|
Semua proses pergolakan menuju perubahan sosial.
|
Agama humanitas
|
:
|
Idealisasi Comte berbentuk agama yang inti ajarannya
menjunjung dan mencintai kemanusiaan.
|
3. Emile Durkheim (1858-1917)
|
||
Fakta sosial
|
:
|
Asumsi Durkheim tentang masyarakat. Yakni cara bertindak,
berpikir dan merasa, yang memiliki daya paksa dan berada diluar individu.
|
Organisme
|
:
|
Pandangan lain Durkheim tentang penyerupaan masyarakat.
Yakni satu kesatuan yang terintegrasi, sehingga antar bagian-bagiannya saling
bergantung, dan bila satu bagian tidak berfungsi akan berpengaruh pada
kelangsungan bagian yang lain.
|
Kesadaran kolektif
|
:
|
Kesadaran yang dimiliki secara bersama oleh setiap
individu atau anggota dalam masyarakat
|
Solidaritas sosial
|
:
|
Solidaritas yang diperlukan dalam menjalankan organisme
sosial, seperti halnya keselarasan maupun ketertiban. Solidaritas ini terbagi
menjadi dua, yakni solidaritas mekanik dan solidaritas organis
|
Bunuh diri (suicide)
|
:
|
Tindakan terpaksa individu dalam anggota kelompok dengan
mengakhiri hidupnya. Bunuh diri dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan
sumbernya, yakni bunuh diri egoistic, altruistic, dan anomie.
|
Anomi
|
:
|
Suatu kondisi yang serba tidak menentu. Tidak adanya keteraturan
moral dalam suatu masyarakat yang diakibatkan hukum lama tidak berlaku,
sedang hukum yang baru belum berfungsi.
|
Patologis
|
:
|
Sebuah kondisi dimana masyarakat modern dalam kondisi
transisi, dan secara bersamaan kepercayaan-kepercayaan berkurang.
|
4. Karl Marx (1818-1883)
|
||
Mode produksi
|
:
|
Analisis sosial Marx tentang masyarakat yang dibedakan
atas kepemilikan modal dan kemampuan produksi.
|
Materialisme
|
:
|
Kondisi-kondisi meteriil serta hubungan-hubungan sosial
yang muncul, yang menjadi dasar perkembangan intelektual dan kekuatan yang
mendorong perubahan sejarah individu dan masyarakat. Materialisme ini muncul
dalam bentuknya, yakni materialisme dialektis dan materialisme historis.
|
Materialisme dialektis
|
:
|
Dialektika munculnya kesadaran materialis melalui proses
pertentangan yang berubah secara terus-menerus.
|
Materialisme historis
|
:
|
Pandangan
materialisme terhadap sejarah dengan mengacu pada pengertian benda sebagai
kenyataan yang pokok dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat.
|
Kelas
|
:
|
Sekelompok individu-individu yang memiliki kedudukan yang
sama dalam kegiatan produksi, baik dari segi fungsi maupun tujuan.
|
Perjuangan kelas
|
:
|
Proses perlawanan
yang dilakukan oleh kelompok proletar terjadap sistem kapitalis yang
didominasi oleh kelompok borjuis.
|
Komoditas
|
:
|
Produk atau hasil dari produksi yang diperdagangkan dan
diperjuabelikan dalam suatu masyarakat industri.
|
Modal
(capital)
|
:
|
Modal (umumnya berupa uang) dari suatu kegiatan produksi.
|
Alat produksi
|
:
|
Obyek (benda) yang dipekerjakan dan digunakan dalam
kegiatan produksi secara masif.
|
Kapitalisme
(capitalism)
|
:
|
Sebuah paham yang mengajarkan akan pentingnya modal dan
penguasaan produksi dalam kehidupan masyarakat industrialis.
|
Alienasi
|
:
|
Proses pemisahan atau pengasingan produk-produk hasil
kegiatan produksi sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia
pembuatnya.
|
Fetisisme
|
:
|
Paham yang
meyakni bahwa sistem komodifikasi produk-produk tidak dapat ditolak dan berada
di luar kontrol apapun. Paham ini beranggapan bahwa perubahan ekonomi dapat
terjadi dengan melakaukan penguasaan atas manusia, dan bukan sebaliknya.
|
5. Max Weber (1864-1920)
|
||
Sosiologi
|
:
|
Ilmu
pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman interpretatif mengenai tindakan
sosial agar bisa sampai ke suatu penjelasan kausal mengenai arah dan
akibat-akibatnya.
|
Hubungan sosial
(social relationship)
|
:
|
Tindakan dari setiap individu-individu (aktor) yang
berbeda-beda dimana mengandung makna, dihubungan dan diarahkan kepada
tindakan orang lain. Tindakan-tindakan ini oleh Weber dikelompokkan menjadi 4
jenis, yakni tindakan instrumental, substansial, tradisional dan afektif.
|
Konflik
|
:
|
Kondisi perlawanan atau pertentangan sebagai akibat dari
perbedaan status, peran ataupun kekuasaan tertentuyang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
|
Kelas
|
:
|
Pembentukan suatu kelompok yang tidak hanya ditentukan
oleh kepemilikan alat produksi, melainkan juga oleh status, kekuasaan
politik, pola konsumsi berikut posisi dalam pasar.
|
Kekuasaan
(power)
|
:
|
Kemampuan dan kedudukan yang dimiliki oleh orang-orang
untuk terus melaksanakan (memakasakan) kehendaknya kepada orang lain.
Kekuasaan ini oleh Weber dibagi menjadi tiga jenis sumber, yakni dari
kewenangan, penugasaan senjata dan karisma.
|
Otoritas
(authority)
|
:
|
Kemungkinan seseorang untuk ditaati atas dasar suatu
kepercayaan akan legitimasi haknya untuk mempengaruhi.
|
Tindakan Rasional
|
:
|
Tindakan menurut pertimbangan secara sadar dan pilihan
bahwa tindakan tersebut dinyatakan.
|
Birokrasi
|
:
|
Suatu pengorganisasian kegiatan atas prinsip-prinsip yang
rasional. Karakteristik utama dari birokrasi Weber adalah; adanya
spesialisasai, hirarkhi, sistem aturan, impersonality, struktur karir dan
efisiensi.
|
Hukum
(law)
|
:
|
Seperangkat aturan (rasionalitas) yang memberikan kekuatan
dan kekuasaan untuk ditaati dajn diiuti oleh setiap individu atau anggota
masyarakat. Weber membedakan tiga tipe hukum, yakni hukum yang formal
rasional, hukum yang substantif irasional, dan hukum substantif rasional.
|
B.
Teori Sosial Modern
1. Talcott Parson (1902-1979 )
|
||
Sistem sosial
|
:
|
Seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan
hubungan-hubungan sosial antar individu atau kelompok melalui status atau
peranan tertentu yang dijalankan dalam mencapai keseimbangan sosial.
|
Status
|
:
|
Kedudukan yang melekat dalam setiap individu dalam sistem
sosial.
|
Peranan
|
:
|
Perilaku yang diharapkan atau perilaklu normatif yang
melekat pada status individu.
|
Kebutuhan fungsional
|
:
|
Kumpulan atau tahapan kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan sistem sosial.
|
Adaptation
|
:
|
Tahapan eksternal dari sistem sosial, menunjuk pada
kemampuan sistem untuk menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta
mendistribusikan sumber-sumbernya ke dalam seluruh sistem.
|
Goal attainment
|
:
|
Permasalahan pemenuhan tujuan sistem dan penetapan
prioritas di antara tujuan-tujuan tersebut.
|
Integration
|
:
|
Koordinasi serta kesesuaian bagian-bagian dari sistem yang
membuat sistem tersebut seluruhnya fungsional.
|
Latent pattern- maintenance
|
:
|
Tahapan internal dari sistem sosial, menunjuk pada masalah
bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai dengan beberapa
aturan atau norma-norma.
|
Organisme perilaku
|
:
|
Sistem tindakan
yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan dan mengubah lingkungan
eksternalnya.
|
Sistem kepribadian
|
:
|
Sistem tindakan
yang melaksanakan fungsi pencapaian tujuan sistem sosial, dengan menetapkan
tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada.
|
Sistem kultural
|
:
|
Seperangkat
norma dan nilai yang mengatur dan memotivasi sistem tindakan individu dalam
sistem sosial.
|
Hirarkhi sibernetis
|
:
|
Hubungan antar
berbagai sistem, dimana sistem yang lebih rendah memberikan tempat bagi
bekerjanya sistem yang lebih tinggi, sebaliknya sistem yang lebih tinggi
cenderung untuk membatasi gerak dari sistem yang lebih rendah.
|
2. George Herbert Mead (1863-1931)
|
||
Interasionisme simbolik
|
:
|
Memusatkan perhatian utama pada simbol dan makna yang
saling dinegosiasikan, dipertukarkan, dipelajari dan diciptakan secara
berkelanjutan oleh setiap individu di dalam poses interaksinya dengan
individu yang lain.
|
Simbol
|
:
|
Representasi dari obyek sosial yang memungkinkan individu
untuk berkomunikasi.
|
Makna
|
:
|
Arti dan pemahaman yang terbentuk dan diperoleh dari
proses interaksi.
|
Impuls
|
:
|
Tahap awal dari tindakan berupa suatu dorongan hati yang meliputi stimulus atau
rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor
terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan
tersebut.
|
Persepsi
|
:
|
Hasil reaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls.
|
Manipulasi
|
:
|
Pengambilan tindakan bekenaan dengan suatu objek.
|
Konsumsi
|
:
|
Tahap pelaksanaan
atau pengambilan tindakan yang memuaskan dorongan hati yang
sebenarnya.
|
Isyarat
(gesture)
|
:
|
Gerakan
organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang
menimbulkankan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua.
|
Simbol signifikan
|
:
|
Sejenis gerak
isyarat yang hanya diciptakan dan muncul dari individu yang membuat simbol-simbol
tersebut sama dengan jenis tanggapan yang diperoleh dari orang yang menjadi
sasaran isyarat.
|
Pikiran
(mind)
|
:
|
Proses
percakapan seseorang dengan pikirannya sendiri.
|
Diri
(self)
|
:
|
Kemampuan untuk
menerima diri sendiri sebagai sebuah subjek maupun objek. Diri muncul di
dalam proses sosial.
|
3. Ralf Dahrendorf (1929 )
|
||
Kewenangan
|
:
|
Sesuatu yang
diperoleh karena menduduki sebuah posisi tertentu. Kewenangan bersifat
instrumental, dimana terdapat sebuah kesempatan untuk merealisasikan suatu
kepentingan tertentu.
|
Kelas
|
:
|
Sekelompok individu atau masyarakat yang terbentuk atas
dasar kepemilikan kewenangan yang sama.
|
Pertentangan
(conflict)
|
:
|
Kondisi pertentangan yang terjadi secara dialektis dari
kelas yang berbeda. Proses konflik ini dapat dilihat dari intensitas maupun
sarana kekerasan.
|
Post kapitalis
|
:
|
Masa pada masyarakat modern yang bercirikan adanya
pemisahan antara pemilik dan pengontrol terhadap sarana produksi.
|
Asosiasi
|
:
|
Sebuah organisasi yang terkoordinasi secara tegas dan
memiliki struktur keweanangan yang sah.
|
4. Peter L. Berger (1929-1917)
|
||
Konstruksi sosial
|
:
|
Realitas
terbentuk secara sosial sehingga sosisologi ilmu-pengetahuan harus
menganalisa proses bagaimana hal itu terjadi.
|
Internalisasi
|
:
|
Proses individu didalam merespon kembali realitas dan mentransformasikan struktur-
struktur dunia obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subyektif. Dalam
konteks ini, individu adalah kenyataan bentukan dari masyarakat.
|
Obyektifikasi
|
:
|
Disandangnya
produk aktivitas (baik fisik maupun mental) oleh individu. Dalam konteks ini,
individu merupakan kenyataan yang berhadapan dengan lingkungan masyarakatnya.
|
Eksternalisasi
|
|
Proses
pencurahan (pengekspresian) kedirian individu
secara terus
menerus ke dalam lingkungannya, baik secara fisik maupun mental. Dalam
konteks ini, masayarakat adalah hasil bentukan dari individu-individu.
|
Nomos
|
:
|
Keteraturan sosial yuang berdasar pada ketentuan-ketentuan
normatifnya.
|
Kosmos
|
:
|
Realitas transendental yang bergerak dalam dunia diluar
verifikasi objektif.
|
Intersubyektif
|
:
|
Realitas sosial
masyarakat secara menyeluruh dengan segala aspeknya (kognitif, psikomotoris,
emosional, dan intuitif) yang diungkapkan secara sosial lewat pelbagai
tindakan sosial seperti halnya bahasa.
|
5. Jurgen Habermas (1857-1917)
|
||
Tindakan komunikatif
|
:
|
Sistem interaksi, tindakan, hubungan timbal balik
berdasrakan pengertian yang sama dari manusia yang satu ke manuasia yang
lain.
|
Tindakan instrumental
|
:
|
Sistem tindakan
yang melibatkan satu aktor secara individual dan rasionalitas tindakan dalam
pencapaian tujuan
|
Tindakan strategis
|
:
|
Sistem tindakan
yang melibatkan dua atau lebih individu dengan mengkoordinasikan tindakan
rasional dalam pencapaian tujuan.
|
Pengetahuan positivistik
|
:
|
Sistem
pengetahuan sebagai kontrol teknis, yang bersumber pada hukum-hukum positif
dalam memahami masyarakat dan lingkungan.
|
Pengetahuan emansipatoris
|
:
|
Sistem
pengetahuan dalam memahami dunia. Berpandangan bahwa masa lalu dapat digunakan
untuk memahami kejadian masa sekarang. Pengetahuan ini, mengandung
kepentingan praktis untuk memahami diri dan orang lain secara emansipatif.
|
Pengetahuan kritis
|
:
|
Sistem pengetahuan
yang terbangun melalui pembangkitan kesadaran diri dan membongkar pandangan
dunia obyektif.
|
Integrasi sosial
|
:
|
Pola pengintegrasian
dari sistem tindakan dalam pencapaian konsensus melalui tindakan komunikatif.
|
Integrasi sistem
|
:
|
Pengintegrasian
sistem melalui kontrol eksternal terhadap tindakan komunikatif secara
individual.
|
Public sphere
|
:
|
Ruang terbuka
(publik) bagi terjadinya praktik diskursus sosial masyarakat.
|
C.
Teori Sosial Kontemporer
1. Michael Foucalt (1926-1984)
|
||
Arkeologi pengetahuan
|
:
|
Deskripsi
sistematik dan terstruktur sebuah obyek pengetahuan yang bersumber pada pokok
sejarah ide ataupun orisinilitas.
|
Geneologi
|
:
|
Sejarah efektif yang ditulis sesuai dengan komitmen
terhadap masalah-masalah masa kini.
|
Geneologi kekuasaan
|
:
|
Struktur ilmu pengethuan yang membentuk kekuasaan melalui
pembentukan manusia sebagai subyek
|
Kekuasaan
|
:
|
Kekuatan sosial yang dimiliki oleh individu atau kelompok
atas dasar penguasaan pengetahuan dan bersumber pada praktek wacana sosial.
|
Wacana/ diskursus
|
:
|
Struktur pengethuan yang terbentuk dari hasil praktik
diskursus sosial
|
Connaisance
|
:
|
Terminologi yang
merujuk pada sebuah korpus pengetahuan partikular, seperti biologi, ekonomi,
sejarah, dan sebagainya
|
Savoir
|
:
|
Terminologi
yang merujuk pada pengetahuan yang general, bukan partikular. Dapat dimaknai
sebagai pengetahuan yang lebih umum.
|
Pleasure
|
:
|
Kepuasan paling besar yang datang dari kesadaran penuh
akan kedudukan sesorang dalam seksualitas
|
2. Jean Baudrillard (1929 )
|
||
Pataphysic
|
:
|
Metode pemikiran fiksi sains, yang menggabungkan
semiologi, sosiologi, filsafat (metafisik), dan psikoanalisis sebagai cara
dalam menjelaskan pemahaman terhadap realitas dunia sosial masyarakat
kontemporer
|
Massa
|
:
|
Sekelompok individu (orang) yang terciptakan secara besar
melebihi kelas ataupun kolektifitas sosial lainnya. Massa tidak teroganisir
dan terstruktur seperti halnya masyarakat, tetapi bergerak mengikuti arus
besar perhatian sosial tertentu.
|
Masyarakat konsumen
|
:
|
Struktur atau tipologi masyarakat kontemporer yang
terbentuk atas dasar klasifikasi terhadap objek yang dikonsumsi.
|
Objek konsumsi
|
:
|
Sesuatu “yang diorganisir oleh tatanan produksi”, jaringan
penanda yang mampu membangikitkan hasrat konsumsi individu
|
Pertukaran simbolik
|
:
|
Proses pertukaran komoditas (yang telah menjadi tanda)
secara terus menerus dalam jumlah yang tidak terbatas
|
Simulasi
|
:
|
Pandangan mengenai dunia “yang tidak ada nyata”, “tidak
ada yang asli”, yang dapat ditiru
|
Hiperealitas
|
:
|
Pandangan mengenai dunia realitas yang melebihi sesuatu
yang “nyata”, dan menjadi satu-satunya eksistensi dari realitas masyarakat
konsumen.
|
Kode signifikansi
|
:
|
Seperangkat kode yang mengatur dan mengontrol individu
ditengah masyarakat.
|
Simulacra
|
:
|
Dunia yang dikonstruksi dari model, yang tidak merujuk
atau mendasarkan pada “realitas” apapun.
|
Ekstasi komunikasi
|
:
|
Penggambaran mengenai realitas masyarakat kontemporer yang
dilanda oleh kenikmatan dunia melalui konsumsi media dan komunikasi melampui
hubungan-hubungan sosial yang lainnya.
|
3. Pierre Bordieu (1930-2002)
|
||
Praktik sosial
|
:
|
Dialektika hubungan antara struktur dan keagenan.
|
Habitus
|
:
|
Struktur mental dan kognisi yang melingkupi individu dalam
berhubungan dan memaknai lingkungan sosialnya.
Habitus juga merupakan struktur
subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu
lain dalam jaringan struktur objektif yang ada di dalam ruang sosial.
|
Struktur
(structure)
|
|
Struktur habitus yang
menstrukturisasai kehidupan sosial, dapat berupa aturan, nilai, norma,
pengetahuan dan sebagainya.
|
Ranah
(field)
|
:
|
Sesuatu yang bersifat dinamis,
dimana ranah merupakan kekuatan yang bersifat otonom yang didalamnya
berlangsung perjuangan posisi-posisi. Diartikan juga sebagai sistem relasi
objektif kekuasaan yang terdapat diantara posisi sosial yang berkorespondensi
dengan sistem relasi objektif yang terdapat diantara titik-titik simbolik
antara lain karya seni, manifesto artistik, deklarasi politik, dan lain sebagainya.
|
Ruang sosial
|
:
|
Topologi (ruang) yang terdiri
dari beragam ranah yang memiliki sejumlah hubungan antara satu dengan yang
lainnya. Ruang sosial hendaknya
dilihat pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi sebagai sebuah ranah
kekuatan sosial.
|
Modal
|
:
|
Relasi sosial yang terdapat
didalam suatu sistem pertukaran baik material maupun simbol tanpa adanya
perbedaan. Dapat diartikan juga sebagai sebagai basis dominasi yang dapat
dipertukarkan dengan jenis modal yang lainnya.
|
4. Anthony Giddens (1938 )
|
||
Struktur
|
:
|
Seperangkat aturan dan sumber daya (rules and resources)
yang mewujud pada saat diaktifkan oleh pelaku dalam suatu praktik sosial.
Struktur ini terbagi menjadi tiga gugus struktur, yakni struktur penandaan,
struktur penguasaan atau dominasi, dan struktur pembenaran atau legitimasi.
|
Strukturasi
|
:
|
Hasil dari hubungan yang berulang-ulang (reproduced)
antara aktor (individual) atau aktor kolektif dan merupakan sarana (medium)
praktik sosial.
|
Perentangan ruang – waktu
|
:
|
Proses keberlangsungan suatu tindakan, unsur konstitutif
yang mengorganisasikan masyarakat, yang membedakan masyarakat yang satu
dengan yang lainnya.
|
Refleksifitas
|
:
|
Upaya pengkajian dan pembaruan secara terus menerus
menurut informasi baru yang pada gilirannya mengubah praktik sosial secara
konstitutif.
|
Refleksifitas-institusional
|
:
|
Kapasitas menelaah atau memonitor sebagai reaksi karena
adanya stimuli, baik dalam tataran personal maupun institusional.
|
Hermeneutika ganda
|
:
|
Arus timbal balik antara dunia sosial yang diperbuat oleh
khalayak dan wacana ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan sosial.
|
Modernitas
|
:
|
Analogi
kehidupan modern sebagai sebuah panser raksasa. Modernitas dalam bentuk
panser raksasa ini sangat dinamis dan dipandang sebagai ’dunia yang tak
terkendali, tunggang langgang’ (runway world)
|
The third way
|
:
|
Metode
alternatif yang ditawarkan Giddens sebagai jalan keluar dari krisis. Jalan
ketiga ini merupakan pilihan antara kapitalisme dan sosialisme, intervensi
negara dan pasar bebas.
|
5. Edward W. Said
|
||
Orientalisme
|
|
Metode berpikir
atau cara pandang ontologis dan epistomologis “Barat” dalam memandang dunia
“Timur”
|
Kanon
|
|
Praktik dan
sikap yang dipelihara dengan baik dan yang dengan itulah ‘kebenaran’
ditampilkan kepada dunia. Istilah ‘kanon’ menegaskan eksistensi suatu
kelompok berkuasa.
|
Kolonialisme
|
|
Praktik
pembangunan atau pendudukan di wilayah jajahan dengan tujuan melakukan
perdagangan dan produksi. Kolonialisme umumnya dilakukan dengan disertai
eksploitasi, aneksasi, dan penaklukan.
|
Hegemoni
|
|
Seperangkat
sistem tindakan atau metode penguasaan atas individu, kelompok, sistem atau
budaya tertentu.
|
Wacana
|
|
Diskursus
sosial dalam memahami dan memakani realitas dunia sosial beserta isinya.
|
Imperialisme
|
|
Penguasaan atas
suatu wilayah tertentu secara tidak langsung.
|
Poskolonial
|
|
Tahapan sejarah
yang mengisyaratkan berakhirnya babak kolonial dan memunculkan bentuk
kolonialisme baru dengan berbagai kekuatan maupun sumberdayanya.
|
0 komentar " KATA-KATA KUNCI DALAM TEORI – TEORI SOSIAL ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar