MENGEMBANGKAN BUDAYA LOKAL (JAWA)
DALAM MEREDAM KONFLIK SOSIAL
Christriyati Ariani
Abstrak
Banyak norma dalam kehidupan orang Jawa dalam pergaulannya di masyarakat.
Istilah-istilah yang akrab melekat dalam sehari-hari merupakan acuan hidup dalam
kebersamaan di samping tradisi yang berlaku, misalnya guyub rukun, gugur gunung,
gotong royong, tulung-tinulung dan istilah lain yang sarat dengan nilai pekerti luhur.
Perkembangan teknologi dalam era global memberi efek positif maupun negatif bagi
kehidupan masyarakat termasuk orang Jawa. Nilai positif akan sangat bermanfaat
bagi kemajuan bangsa, namun efek negatif akan mengikis nilai norma yang sudah
ada. Ada sesuatu yang hilang. Dalam pertemuan-pertemuan yang membicarakan
budaya Jawa banyak lontaran keprihatinan dari para budayawan atau pemerhati
budaya. Pada umunya mereka menyatakan bahwa pada masa kini budaya Jawa yang
adi luhung itu telah terkikis. Pada awalnya kita percaya hal itu. Namun ketika kita
dikejutkan dengan hantaman gempa di Jogja dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei
2006 yang meluluhlantakkan sebagian hunian, merobek hati masyarakat, kita melihat
suatu kenyataan. Saat kesedihan mendera, datang kembali kebersamaan dalam
menghadapi musibah itu. Semangat gotong royong, tulung tinulung, guyub rukun,
gugur gunung kembali hinggap di hati. Namun ketika terdengar berita akan ada
bantuan dari pemerintah bagi korban gempa, apa yang terjadi? Jawaban itu akan
dapat diperoleh dalam uraian ini.
DOWNLOAD
DALAM MEREDAM KONFLIK SOSIAL
Christriyati Ariani
Abstrak
Banyak norma dalam kehidupan orang Jawa dalam pergaulannya di masyarakat.
Istilah-istilah yang akrab melekat dalam sehari-hari merupakan acuan hidup dalam
kebersamaan di samping tradisi yang berlaku, misalnya guyub rukun, gugur gunung,
gotong royong, tulung-tinulung dan istilah lain yang sarat dengan nilai pekerti luhur.
Perkembangan teknologi dalam era global memberi efek positif maupun negatif bagi
kehidupan masyarakat termasuk orang Jawa. Nilai positif akan sangat bermanfaat
bagi kemajuan bangsa, namun efek negatif akan mengikis nilai norma yang sudah
ada. Ada sesuatu yang hilang. Dalam pertemuan-pertemuan yang membicarakan
budaya Jawa banyak lontaran keprihatinan dari para budayawan atau pemerhati
budaya. Pada umunya mereka menyatakan bahwa pada masa kini budaya Jawa yang
adi luhung itu telah terkikis. Pada awalnya kita percaya hal itu. Namun ketika kita
dikejutkan dengan hantaman gempa di Jogja dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei
2006 yang meluluhlantakkan sebagian hunian, merobek hati masyarakat, kita melihat
suatu kenyataan. Saat kesedihan mendera, datang kembali kebersamaan dalam
menghadapi musibah itu. Semangat gotong royong, tulung tinulung, guyub rukun,
gugur gunung kembali hinggap di hati. Namun ketika terdengar berita akan ada
bantuan dari pemerintah bagi korban gempa, apa yang terjadi? Jawaban itu akan
dapat diperoleh dalam uraian ini.
DOWNLOAD
0 komentar " Sejarah dan Budaya Jawa ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar