Keterpurukan Masyarakat Jawa Peran kerajaan-kerajaan
(berlabel) Islam di Jawa --sejak Demak, Cirebon, Banten, Pajang, hingga Mataram
yang kemudian pecah menjadi Kasunanan Surakarta (kemudian juga ada
Mangkunegaran sebagai sempalannya) dan Kasultanan Ngayogyakarta-- pada
perkembangan (terutama secara kuantitas) Islam di Jawa bagaimanapun juga tidak
bisa diabaikan. Namun, mungkin benar juga kata PAT bahwa salah satu
keterpurukan masyarakat Jawa adalah akibat terbelenggu oleh klenik dan tahyul.
Keterbukaan hati, keluasan wawasan, dan etik kerja rajin masyarakat pesisir
(komunitas awal mula Islam di Jawa) tergantikan oleh kepicikan dan kejumudan,
yang disokong oleh mitos, klenik, dan tahyul. Sang Sultan Jogja pun pernah
berkata, sebenarnya mitos-mitos itu hanya untuk mempertahankan kekuasaan, bahwa
raja-raja Mataram (yang tidak ada hubungan darah/ keluarga dengan kerajaan-kerajaan
sebelumnya) mendapat restu dari penguasa alam (yang disimbolkan dengan laut
kidul & merapi, juga lawu), agar masyarakat awam memberikan dukungan. Restu
penguasa plus ketiadaan hubungan darah ini pun digunakan untuk mencegah
keturunan dari kerajaan-kerajaan sebelumnya bila hendak menuntut hak tahta. Mitos yang Begitu Tua Mitos
laut kidul ini sebenarnya bukan orisinil ide mataram, sejak jaman Galuh di
pasundan. Dinasti-dinasti pembangun candi2 di Jawa Tengah --i.e. Borobudur,
Prambanan, Dieng, etc--, memiliki hubungan keluarga --dari pernikahan-- dengan
kerajaan-kerajaan di pasundan. Diansti ini kemudian musna dan masyarakatnya
eksodus ke Jawa Timur, dan oleh Empu Sindok dibentuklah kerajaan baru dengan
Airlangga sebagai salah satu penerusnya. Pusaka2 Mataram kuna konon masih ada
pada jaman Airlangga. Kemudian jaman berganti dan muncullah Kahuripan, Kediri
(dan Jenggala), Singasari, dan Majapahit. Kesemua kerajaan ini memiliki jalur
hubungan keluarga, termasuk pendiri Demak pun anak Brawijaya II, raja Majapahit
terahir. Demak dengan Cirebon dan Banten juga memiliki hubungan keluarga. Jaka
Tingkir sebagai pendiri Pajang pun merupakan menantu raja Demak, dan ayahnya
pun juga keturunan Brawijaya. Nah, dari alur keluarga ini, mitos laut kidul
sudah begitu tuanya. Bahkan penyebarannya demikian luas, bahkan di Nusa
Tenggara dan Maluku dikenal juga mitos yang senada, yang mungkin terbawa ketika
Sriwijaya (yang memiliki hubungan keluarga yang erat dengan Mataram Kuna) dan
Majapahit melakukan ekspansi. Itu sekedar kekagumanku saja, kok bisa-bisanya
cerita setua itu terus-menerus dipertahankan. Penguasa
yang Mampu dan yang Tidak Mampu Nah, raja-raja Jawa (berlabel)
Islam ini memang yang memberi fasilitas bagi perkembangan Islam di tanah Jawa.
Namun, tidak semata-mata peran kerajaan saja yang terlibat. Efort zonder
kekuasaan pun bisa sukses, misalkan daerah Pengging (Boyolali) yang dimakmurkan
oleh Kebo Kananga ayah Jaka Tingkir yang justru menghindar dari kekuasaan, juga
berbagai pondok pesantren tua, misalkan di (kalau tidak salah) kebumen yang
lebih tua dari kebumen sendiri, yang jauh dari hiruk pikuk kekuasaan. Penguasa
pun tidak selamanya mendukung. Sultan Agung memang OK, tetapi ada keturunannya
yang justru menyembelih banyak kiayi. Keturunannya pun ada yang mati dalam
pelarian dikejar-kejar rakyatnya. Penguasa ada yang baik ada yang buruk. Sultan
Agung dipandang memiliki keluasan ilmu, hingga Islam makmur di jamannya. Adanya
penanggalan Jawa-Islam adalah pada jamannya, yang menggabungkan penanggalan
Saka (berbasis matahari) dengan Hijriyah (yang qomariayah), dengan angka tahun
yang tetap meneruskan tahun Saka (terakhir yang asli) dan tanggal serta bulan
yang mengadopsi peredaran bulan yang dianggap lebih sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, misalkan untuk penentuan masa-masa dalam bertani. Namun ada juga
penguasa-penguasa bodoh yang tidak memahami "ilmu" dari peninggalan
wali sanga dan leluhurnya, malah terjebak di klenik dan tahayul. Yah, ini
mencoba tinjauan dari sisi sejarah, bahwa ada ilmu yang telah dilupakan dan
yang melupakan menjadi tersesat Bersambung. p.s. sumber data: dari
berbagai tulisan di internet
ILMU, KLENIK, TAHAYUL DAN TRADISI-TRADISI TUA ISLAM JAWA
Ditulis oleh:
Unknown
-
Sabtu, 07 Juli 2012
0 komentar " ILMU, KLENIK, TAHAYUL DAN TRADISI-TRADISI TUA ISLAM JAWA ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar