A.
PENDAHULUAN
Autistik mulai diteliti pada tahun
1943 oleh seorang psikiater bernama Leo Kanner, saat itu dia menemukan 11 anak
autis yang memiliki sifat tidak mau berkomunikasi dan berintegrasi dengan
lingkungannya. Ada suatu penelitian yang menyatakan bahwa angka anak autis meningkat
15% setiap tahunnya, sehingga hal ini dianggap masalah pada kesehatan
masyarakat. Autistik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan
perkembangan pervasive pada anak, yang mengakibatkan gangguan pada bidang
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Anak autis perlu
intervensi sejak dini dan tepat, agar terjadi perkembangan optimal. Gejala
autistik muncul sebelum anak berusia 3 tahun, namun pada autistik infantile,
gejalanya tampak sejak lahir. Gangguan Spectrum Autis (ASD) sering kali
disertai dengan gangguan pemusatan perhatian (hiperaktif) dan epilepsi.
Centers for Disease Control and
Prevention pada 2009 menyatakan bahwa 1 dari 100
anak berumur 8 tahun memiliki gangguan spectrum Autis (ASD). Sehingga sangat penting bagi dokter gigi
untuk mengetahui dan merencanakan perawatan efektif untuk mereka. ASD adalah
gangguan neurobehavioral yang dapat mengembangkan ketidakmampuan seperti
gangguan autistik, gangguan perkembangan pervasive, dan sindrom Asperger. Autism Spectrun Disorder (ASD) dapat
berkisar dari ringan sampai berat dan tidak memiliki karakteristik dimorfik
atau penanda biologis. Ada 3 gangguan perkembangan dalam anak autis,
- gangguan
interaktif dalam interaksi sosial : pola repetitif dan stereotif dari perilaku
- minat
dan aktivitas
- gangguan
kualitatif dalam komunikasi
Pasien ASD
memiliki masalah pola perilaku yang menjadi sebuah tantangan untuk dokter gigi
dalam memberikan perawatan kesehatan gigi. Ada teknik manajemen perilaku, yaitu
Program D- Termined untuk pelatihan
ulang dan sosialisasi dalam Kedokteran Gigi. Untuk memodifikasi masalah
perilaku pada pasien ASD dengan memfasilitasi perubahan dari kemampuan yang
mereka butuhkan untuk menjalani perawatan gigi, dokter gigi harus memeriksa
prosedur manajemen perilaku dan teknik yang sekiranya efektif dan berdasarkan
hasil penelitian empiris.
B. TEKNIK
MANAJEMEN PERILAKU
1. Metode
tell show do
Tell
show do merupakan ciri khas ketika bekerja dengan populasi
pediatrik/anak- anak. Pasien diberitahu mengenai prosedur, pasien ditunjukkan prosedur
dan kemudian prosedur dilakukan. Pasien ASD dewasa
dan anak memperoleh manfaat
luar biasa dari metode tell show do
dari panduan komunikasi. Isyarat verbal dan penjelasan diarahkan
untuk kemampuan pasien dibahas; diberikan peragaan dari
prosedur untuk pasien melalui visual, auditori, penciuman dan
informasi taktil , dan kemudian prosedur ini dilakukan pada
atau dengan pasien. Pasien ASD diberikan penguatan
positif yang konstan melalui metode
tell show do, tanpa memperdulikan jumlah kerjasama yang dicapai. Pasien
harus memeroleh metode bimbingan perilaku yang dipraktekkan
beberapa saat sebelum prosedur yang sesungguhnya selesai; oleh
karena itu penguatan positif digunakan untuk melanjutkan untuk
kemajuan dalam proses. Pasien anak-anak juga dapat
meminta boneka atau mainan favorit pada saat dilakukan prosedur. Tujuan dari tell show do adalah untuk
membiasakan pasien dengan peralatan gigi dan
menyiapkan pasien untuk menerima berbagai macam perawatan
gigi. Hal ini efektif dalam membentuk respon pasien
terhadap prosedur melalui desensitisasi. Tell show do dapat digunakan untuk pasien ASD anak- anak dan
dewasa, tanpa kontraindikasi.
Dalam tindakan yang mirip
dengan peragaan tell show do ,
sebelum melakukan kunjungan orang tua / pengasuh dapat
diberikan bahan dari klinik dental, untuk dikerjakan pada pasien di rumah. Ini dapat
termasuk film radiografi, kaca mulut dispossible,
penyangga mulut, saliva ejector /
suction tips, atau peralatan
gigi lain yang mana orang tua merasa nyaman dalam
menginstruksikan. Dengan cara ini, pasien dapat menjadi terbiasa
dengan alat- alat dental yang belum ia kenal dan telah digunakan rumah.
Sehingga mereka akan mengenali peralatan tersebut saat digunakan dalam
klinik dental. Untuk individu yang memiliki keterbatasan dalam komunikasi,
tindakan tell-show-do dapat dilakukan dengan menggunakan gambar atau objek
untuk menjelaskan tindakan apa yang akan
dilakukan. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Teknik desensitisasi juga
dapat digunakan untuk membantu dalam prosedur perawatan di klinik gigi.
2. Voice control
Kontrol
suara adalah aturan dari anggota tim kedokteran gigi selama perawatan.
Perubahan dalam volume suara, infleksi, kecepatan
dan nada yang digunakan untuk
mengarahkan perilaku pasien ketika menerima pengobatan. Orang
tua/ pengasuh
harus diinformasikan untuk menggunakan kontrol suara, untuk mencegah
kesalahpahaman selama perawatan. Kontrol suara objektive untuk meningkatkan
sikap kooperatif dan perhatian ketika perilaku negatif menurun. Ini dapat diguanakan
pada pasien ASD, walaupun pasien memiliki kemampuan mendegar yang kurang. Frase
seperti “lihat padaku, letakkan tangan
pada perut atau luruskan kaki” dapat digunakan untuk memperoleh perilaku yang
seharusnya. Jika pasien dapat memahami komunikasi nonverbal, penggunaaan
isyarat nonverbal cara yang baik untuk memperoleh perilaku yang sesungguhnya.
3. Applied Behaviour
Analysis (ABA)
ABA
digunakan untuk mengubah perilaku menyimpang pada orang dengan gangguan
perkembangan dan penyakit mental. Prinsip-prinsip dasar perilaku dapat
digunakan dalam lingkungan kedokteran gigi dengan cara yang sama pada
lingkungan medis untuk mengontrol instruksional dengan pasien ASD (Autism Spectrum Disorder), mengatur
masalah kebiasaan dan mengajarkan kemampuan yang diperlukan untuk menerima
perawatan di kedokteran gigi. Dalam sebuah pengalaman, banyak kemampuan
prasyarat (tingkah laku) yang diperlukan untuk menerima perawatan (contohnya
kemampuan untuk duduk, toleransi terhadapat alat-alat kedokteran gigi dan
mengurangi pembelaan diri) dapat dipelajari di rumah atau lingkungan sekolah
oleh instruktur atau orang tua yang benar-benar mengenalnya dalam strategi
perawatan berdasarkan prinsip tingkah laku. Oleh sebab itu, perawatan di bidang
kedokteran gigi harus dalam tim, fokus dalam mengidentifikasi variabel yang
dapat menyebabkan masalah tingkah laku dalam klinik gigi dan memodifikasi
tingkah laku tersebut untuk menganjurkan yang baik, untuk hasil jangka panjang.
Perubahan
rutinitas pada anak dengan ASD membuat stres dan mereka sangat sensitif pada
lingkungannya (khususnya lingkungan yang kurang familiar), mungkin sangat sulit
mengunjungi klinik. Perawat dapat memodifikasi rutinitasnya dan dapat membuat
perubahan supaya interaksi dapat berjalan semulus mungkin. Modifikasi ini meliputi
(Volkmer, Wiesner dan Westphal, 2006),
- Memanfaatkan
orang yang dekat dengan anak
- Mempelambat
langkah dalam segala sesuatunya
- Menggunakan
alat bantu lihat misal gambar dan menggunakan instruksi yang sederhana
- Menjelaskan
hal yang akan dilakukan sebelum memegangnya
- Jika
memungkinkan, biarkan anak memegang alat dan bahan
- Meminimalkan
gangguan
Penganganan pada anak
ASD membutuhkan kolaborasi yang bagus antara dokter (kadang-kadang sejumlah
dokter spesialis yang terlibat dalam perawatan mereka), perawat, psikolog, gugu
dan terapis lainnya. Perawatan medis anak-anak dengan ASD juga membutuhkan
kesabaran dan kreativitas.
C. ANALISIS
PERILAKU
Analisis Perilaku Terapan (ABA) pendekatan mengajarkan
sosial, motorik,
dan perilaku verbal
serta keterampilan penalaran . Perlakuan ABA ini
sangat berguna
dalam mengajarkan perilaku
untuk anak autis
yang dinyatakan tidak mungkin "mengambil" perilaku mereka
sendiri sebagai
anak-anak lain. Pendekatan ABA dapat
digunakan oleh orang tua,
konselor, atau analis perilaku bersertifikat.
ABA menggunakan
observasi perilaku
yang cermat dan penguatan
positif atau
mendorong untuk
mengajar setiap langkah
perilaku . Sebuah
perilaku anak
diperkuat dengan hadiah
saat ia
melakukan setiap langkah
dengan benar. Perilaku
yang tidak diinginkan, atau
mereka yang mengganggu
pembelajaran dan keterampilan sosial, yang diawasi
dengan ketat. Tujuannya adalah untuk menentukan
apa yang terjadi
untuk memicu suatu
perilaku, dan apa yang terjadi setelah
itu perilaku
yang tampaknya untuk
memperkuat perilaku.
Idenya adalah untuk
menghilangkan pemicu dan
reinforcers dari
lingkungan anak.
Reinforcers baru
kemudian digunakan untuk mengajarkan anak perilaku
yang berbeda dalam menanggapi
pemicu yang
sama .
Perlakuan ABA dapat
mencakup salah satu dari
beberapa alat
pengajaran didirikan:
pelatihan percobaan diskrit, pengajaran insidental,
pelatihan tanggap penting, bangunan kefasihan,
dan perilaku verbal (VB).
Dalam pelatihan percobaan diskrit, praktisi ABA memberikan instruksi yang jelas tentang perilaku yang diinginkan (misalnya, "Ambil kertas."); Jika
anak merespon dengan benar,
perilaku tidak bertulang (misalnya, "Great job Memiliki stiker!."
). Jika anak tidak merespon dengan benar, praktisi memberikan prompt lembut (misalnya, tangan tempat anak atas kertas). Harapannya
adalah bahwa anak akhirnya akan belajar untuk menggeneralisasi respon yang benar
D. FUNGSI
PERILAKU
Memahami
fungsi perilaku autis penting untuk memilih prosedur yang digunakan untuk
mengubah perilaku sosial yang baik. Berikut merupakan beberapa fungsi / tujuan
perilaku autis.
1.
Seeking attention (Mencari perhatian)
Untuk mencari perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
2.
Escape or avoidance (Cenderung menghindar)
Untuk mengantisipasi / menghindari
permintaan melakukan suatu pekerjaan, ajakan bermain, bahkan ajakan
berkomunikasi yang memungkinkan menimbulkan stimulus yang tidak menyenangkan
4.
Acceptance and affiliation (Penerimaan)
Ingin diperhatikan. Perilaku yang selalu dilakukan akan
menjadi kebiasaan.
5.
Expression of self (Berekspresi sendiri)
Berkata secara individualis
6. Access to tangible rewards
(Kesukaan untuk meraba / memegang sesuatu)
Kebiasaan untuk meraba/ memegang sesuatu untuk membantu
sensori ke otaknya. Biasanya adalah benda kesayangan.
E. KUNCI
KONSEP PERILAKU
Reinforcement merupakan salah satu metode yang penting dalam
mengendalikan perilaku, meskipun terkadang terdapat kesalahpahaman dalam
mengartikan hal tersebut. Menurut Cooper et al (2007) reinforcement dikatakan terjadi apabila terdapat peningkatan dalam
perilaku sebagai akibat dari adanya stimulus atau peritiwa yang mengikuti
perilaku tersebut.
Modifikasi
perilaku dapat dilakukan dengan menggunakan reinforcement
positif dan negatif reinforcement
positif dilakukan dengan menggunakan pujian atau benda untuk memberikan
penghargaan. Menurut perspektif Applied
Behavior Analysis (ABA), reinforcement
positif merupakan penambahan stimulus. Reinforcement
positif terjadi apabila terjadi menghasilkan stimulus dan peningkatan perilaku
di masa mendatang (Ingvarsson, 2008). Pada klinik gigi bisa dilakukan dengan
cara memuji pasien anak-anak ketika mereka bisa duduk dengan baik di kursi
pemeriksaan. Pujian tersebut bisa dianggap sebagai reinforcement positif apabila terjadi peningkatan perilaku dari
anak dari yang semula tidak bisa duduk dengan tenang di kursi pemeriksaan
menjadi diam dan tenang. Dapat dikatakan bahwa reinforcement tidak berarti selalu berbentuk hadiah, namun bisa
berupa ungkapan verbal yang mampu memicu anak berperilaku lebih baik.
Reinforcement negatif merupakan istilah yang masih menimbulkan
kerancuan. Hal tersebut seringkali keliru dipandang sebagai hukuman. Reinforcement negatif terjadi apabila
stimulus aversif diambil kembali atau dihentikan apabila terjadi peningkatan
perilaku (Iwata dan Smith, 2007). Contohnya seorang anak yang menolak untuk
duduk di kursi gigi atau kursi pemeriksaan diizinkan meninggalkan kursi setelah
duduk diam dalam hitungan 10 (stimulus ditarik). Selama itu perilaku anak
diperkuat secara negatif, anak dijanjikan mendapatkan sesuatu setelah kondisi
yang tidak menyenangkan (duduk di kursi gigi atau kursi pemeriksaan) selama
jumlah waktu tertentu. Cara ini dilakukan berulang kali sampai pemeriksaan
selesai.
Efektivitas
metode manajemen reinforcement ini
dapat beragam jika diterapkan pada pasien anak dengan Autism Spectrum Disorder
(ASD) (Rincover dan Newsom, 1985). Kebanyakan anak bisa diperkuat perilakunya
dengan pemberian pujian, stiker, ataupun video. Pada anak-anak lain juga bisa
dilakukan dengan melibatkan mereka dalam percakapan atau membicarakan minat
mereka pada objek-objek yang tidak biasa (Hung, 1978). Mengidentifikasi secara
cepat dan tepat mengenai sesuatu yang bisa menarik minat anak merupakan sesuatu
hal yang bisa digunakan selama perawatan gigi (Hernandez dan Ikkanda, 2011).
Meskipun
stimulus reinforcement memang bisa
mempengaruhi perilaku pasien dengan ASD, faktor lain juga berkontribusi
terhadap efektivitas reinforcement,
termasuk mediasi dan tingkat kedekatan antara pasien dengan tenaga kesehatan
yang bekerja (Miltenberger, 2001). Provider layanan kesehatan gigi sebaiknya
memberikan fasilitas yang bisa digunakan secara tidak terbatas kepada pasien
ASD, karena hal tersebut bisa menjadi sebuah penguat kepada pasien untuk
menyesuaikan kondisi. Memberikan fasilitas game pada computer yang bisa
dimainkan oleh pasien, televisi yang memutarkan video favorit pasien, atau
menyediakan berbagai macam permainan yang disukai pasien dengan ASD dapat
menjadikan perilaku anak lebih bisa dikendalikan (Hernandez dan Ikkanda, 2011).
Proses ini dapat meningkatkan perhatian dan kepercayaan antara dokter gigi dan
pasien.
Provider
kesehatan gigi yang menggunakan Applied
Behavior Analysis (ABA) dapat menggunakan process of shaping untuk mengembangkan perilaku yang tepat pada
pasien (Miltenberger, 2003). Selama proses pembentukan, ditentukan perilaku
yang ingin diubah (perilaku sasaran) untuk kemudian diberikan penguatan positif
(reinforcement) sampai pasien
tersebut bisa terlibat dalam perilakunya secara mandiri (Ricciardi et al,
2006).
Untuk provider
layanan kesehatan gigi dan mulut, kemampuan menggunakan strategi ini dapat
dilakukan saat mengajarkan pasien untuk mengantisipasi perilaku pasien di
klinik gigi. Pasien anak diajarkan untuk duduk dengan baik di kursi gigi atau
kursi pemeriksaan dengan memperkuat perilaku mereka (perilaku sasaran) sampai
tujuannya tercapai. Hal tersebut merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan
lain yang diperlukan selama perawatan di klinik gigi (Hernandez dan Ikkanda,
2011).
0 komentar " MENGENAL PERILAKU ANAK AUTIS ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar