Sungguh generasi pendahulu kita dengan sadar telah menikmati sensasi ayat-
ayat al-Quran dan sunah Nabi. Mereka mengamalkannya dalam praktek
keseharian. Kehidupan di luar masjid tidak membuat mereka tidak
menjalankannya. Mereka tidak memisahkan dan menjadikan aktivitas
kehidupan amaliah (duniawi) sebagai satu sisi dan agama pada sisi yang lain,
tetapi keduanya saling melengkapi. Interaksi mereka dengan ayat-ayat qurâni
dan sunah nawabi nampak dalam aktivitas gerak dan diam mereka.
Abdullah Ibn Umar respek dengan firman Allah ,
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali Imran:92)
Ketika mendapatkan sesuatu yang amat disukainya pada hartanya, serta-merta
ia jadikan harta itu sebagai taqarub (pendekat) kepada Allah .
Budak-budak Ibnu Umar menyadari hal itu. Hingga salah seorang di antara
mereka ada yang sengaja berdiam diri di masjid. Ketika Ibnu Umar melihatnya
dalam keadaan demikian, diapun memerdekakan budak itu. Atas sikapnya itu,
sebagian orang ada yang berkata kepadanya,
“Budak-budak itu hanya menipumu!”
Ibnu Umar menjawab:
“Siapa yang menipu kami untuk Allah, kami akan membiarkan seolah
kami tertipu untuknya.” .
Ibnu Umar memiliki budak perempuan yang begitu disayanginya. Tetapi diapun
memerdekakan budak itu dan menikahkannya dengan Nâfi’, budak yang juga
telah dimerdekakannya sebelumnya.
Ibnu Umar berkata:
“Sesungguhnya Allah berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali
Imran:92)
Pernah Ibnu Umar membeli unta jantan dan merasa takjub ketika
menungganginya. Diapun berkata kepada ajudannya:
“Wahai Nâfi’, jadikan unta ini sebagai sedekah.”
Pada kesempatan yang lain, Ibnu Ja’far (seorang saudagar) ingin membeli Nafi’,
budak lelaki Ibnu Umar sebesar 10.000 dirham atau lebih dari itu. Ibnu Umar
berkata:
“Aku telah memerdekakannya, dia bebas untuk Allah.”
Pada waktu yang lain Ibnu Umar membeli seorang budak dengan harga 40.000
dirham kemudian dimerdekakannya. Setelah dimerdekakan budak itupun
berkata:
“Wahai tuanku, engkau telah memerdekakanku, maka berilah aku
sesuatu agar aku bisa hidup.”
Ibnu Umar pun memberinya 40.000 dirham.
Pada waktu yang lain Ibnu Umar membeli 5 orang budak. Manakala dia sedang
shalat kelima budak itu turut shalat di belakangnya. Ibnu Umarpun bertanya
kepada mereka:
“Untuk siapa kalian melakukan shalat ini?”
“Untuk Allah!” Jawab mereka.
Mendengar jawaban mereka Ibnu Umar berkata:
“Kalian merdeka untuk Dia yang kalian shalat kepada-Nya.” Ibnu
Umarpun memerdekakan mereka semua.
[Al-bidayah wa an-Nihayah 6/9]
Ayat:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali
Imran:92)
Jika dipraktekkan di era kita sekarang ini, maka tidak akan lagi ditemukan
seorang miskin atau terlantar pun di tengah masyarakat muslim, walau hanya
10% saja dari mereka yang mempraktekkannya.
DOWNLOAD
ayat al-Quran dan sunah Nabi. Mereka mengamalkannya dalam praktek
keseharian. Kehidupan di luar masjid tidak membuat mereka tidak
menjalankannya. Mereka tidak memisahkan dan menjadikan aktivitas
kehidupan amaliah (duniawi) sebagai satu sisi dan agama pada sisi yang lain,
tetapi keduanya saling melengkapi. Interaksi mereka dengan ayat-ayat qurâni
dan sunah nawabi nampak dalam aktivitas gerak dan diam mereka.
Abdullah Ibn Umar respek dengan firman Allah ,
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali Imran:92)
Ketika mendapatkan sesuatu yang amat disukainya pada hartanya, serta-merta
ia jadikan harta itu sebagai taqarub (pendekat) kepada Allah .
Budak-budak Ibnu Umar menyadari hal itu. Hingga salah seorang di antara
mereka ada yang sengaja berdiam diri di masjid. Ketika Ibnu Umar melihatnya
dalam keadaan demikian, diapun memerdekakan budak itu. Atas sikapnya itu,
sebagian orang ada yang berkata kepadanya,
“Budak-budak itu hanya menipumu!”
Ibnu Umar menjawab:
“Siapa yang menipu kami untuk Allah, kami akan membiarkan seolah
kami tertipu untuknya.” .
Ibnu Umar memiliki budak perempuan yang begitu disayanginya. Tetapi diapun
memerdekakan budak itu dan menikahkannya dengan Nâfi’, budak yang juga
telah dimerdekakannya sebelumnya.
Ibnu Umar berkata:
“Sesungguhnya Allah berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali
Imran:92)
Pernah Ibnu Umar membeli unta jantan dan merasa takjub ketika
menungganginya. Diapun berkata kepada ajudannya:
“Wahai Nâfi’, jadikan unta ini sebagai sedekah.”
Pada kesempatan yang lain, Ibnu Ja’far (seorang saudagar) ingin membeli Nafi’,
budak lelaki Ibnu Umar sebesar 10.000 dirham atau lebih dari itu. Ibnu Umar
berkata:
“Aku telah memerdekakannya, dia bebas untuk Allah.”
Pada waktu yang lain Ibnu Umar membeli seorang budak dengan harga 40.000
dirham kemudian dimerdekakannya. Setelah dimerdekakan budak itupun
berkata:
“Wahai tuanku, engkau telah memerdekakanku, maka berilah aku
sesuatu agar aku bisa hidup.”
Ibnu Umar pun memberinya 40.000 dirham.
Pada waktu yang lain Ibnu Umar membeli 5 orang budak. Manakala dia sedang
shalat kelima budak itu turut shalat di belakangnya. Ibnu Umarpun bertanya
kepada mereka:
“Untuk siapa kalian melakukan shalat ini?”
“Untuk Allah!” Jawab mereka.
Mendengar jawaban mereka Ibnu Umar berkata:
“Kalian merdeka untuk Dia yang kalian shalat kepada-Nya.” Ibnu
Umarpun memerdekakan mereka semua.
[Al-bidayah wa an-Nihayah 6/9]
Ayat:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali
Imran:92)
Jika dipraktekkan di era kita sekarang ini, maka tidak akan lagi ditemukan
seorang miskin atau terlantar pun di tengah masyarakat muslim, walau hanya
10% saja dari mereka yang mempraktekkannya.
DOWNLOAD
0 komentar " REFLEKSI KEHIDUPAN SALAFUSHALEH DALAM BERINTERAKSI DENGAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar