BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh
karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut, tidak hanya dibutuhkan
kompetensi guru yang memadai, tetapi juga harus didukung dengan metode
pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seorang
pengajar atau guru dituntut untuk mampu menggunakan metode pengajaran yang
sesuai, praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Prinsip penting dalam pengajaran pelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pengajaran sastra ialah pengajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai
dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu.
Belajar merupakan kegiatan untuk mencapai suatu proses, dari keadaan tidak
tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit. Dalam proses belajar
memang perlu ada pentahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa,
karya sastra yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kesukaran dan kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara
siswa dengan metode yang diajarkan, pelajaran yang akan disampaikan akan tidak
optimal, bahkan gagal. Dalam hal ini juga berlaku dalam pengajaran sastra
berbentuk prosa (cerpen, dongeng, hikayat, novel, roman, cerbung, dsb.), puisi
(pantun, puisi lama, puisi baru, dsb.) maupun drama.
Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup
mudahnya karya tersebut diminati siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan
potensi mereka masing-masing. Namun tingkat kemampuan setiap individu
tidaklah sama, sehingga ini dapat menimbulkan masalah di kelas. Di satu pihak
guru harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca para siswanya yang
terhambat atau mengalami kendala. Oleh karena itu, untuk menyajikan pengajaran
novel, unsur-unsur tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pengajaran sastra
berbentuk novel adalah meliputi peningkatan kemampuan membaca, baik secara
ekstensif maupun secara intensif.
Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur
kompleks yang menarik untuk dibahas, dan biasanya dibangun dari unsur-unsur
yang dapat didiskusikan. Unsur-unsur itu adalah unsur-unsur intrinsik seperti
tema, tokoh, perwatakan, latar / setting, sudut pandang penceritaan, alur cerita,
amanat atau pesan moral dan unsur-unsur ekstrinsik seperti biografi pengarang,
psikologi, keadaan sosial politik, dan lain sebagainya.
DOWNLOAD
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh
karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut, tidak hanya dibutuhkan
kompetensi guru yang memadai, tetapi juga harus didukung dengan metode
pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seorang
pengajar atau guru dituntut untuk mampu menggunakan metode pengajaran yang
sesuai, praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Prinsip penting dalam pengajaran pelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pengajaran sastra ialah pengajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai
dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu.
Belajar merupakan kegiatan untuk mencapai suatu proses, dari keadaan tidak
tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit. Dalam proses belajar
memang perlu ada pentahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa,
karya sastra yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kesukaran dan kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara
siswa dengan metode yang diajarkan, pelajaran yang akan disampaikan akan tidak
optimal, bahkan gagal. Dalam hal ini juga berlaku dalam pengajaran sastra
berbentuk prosa (cerpen, dongeng, hikayat, novel, roman, cerbung, dsb.), puisi
(pantun, puisi lama, puisi baru, dsb.) maupun drama.
Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup
mudahnya karya tersebut diminati siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan
potensi mereka masing-masing. Namun tingkat kemampuan setiap individu
tidaklah sama, sehingga ini dapat menimbulkan masalah di kelas. Di satu pihak
guru harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca para siswanya yang
terhambat atau mengalami kendala. Oleh karena itu, untuk menyajikan pengajaran
novel, unsur-unsur tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pengajaran sastra
berbentuk novel adalah meliputi peningkatan kemampuan membaca, baik secara
ekstensif maupun secara intensif.
Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur
kompleks yang menarik untuk dibahas, dan biasanya dibangun dari unsur-unsur
yang dapat didiskusikan. Unsur-unsur itu adalah unsur-unsur intrinsik seperti
tema, tokoh, perwatakan, latar / setting, sudut pandang penceritaan, alur cerita,
amanat atau pesan moral dan unsur-unsur ekstrinsik seperti biografi pengarang,
psikologi, keadaan sosial politik, dan lain sebagainya.
DOWNLOAD
0 komentar " METODE PENGAJARAN SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN NOVEL “HARIMAU! HARIMAU!” KARYA MOCHTAR LUBIS PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SAMARINDA TAHUN AJARAN 2008 / 2009 ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar